MUKADDIMAH PENGARANG
Segala puji milik
Allah semata, Pencipta, Pemilik, Pemelihara, Penguasa alam semesta. Shalawat
dan salam bagi Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, serta
seluruh keluarga dan sahabatnya.
Buku yang hadir
ketengah pembaca ini merupakan usaha awal dalam membahas masalah akhlaq yg
mulia (yang diridlai Allah). Sengaja saya tulis buku ini bagi mereka yang
menekuni Dienul Islam. Tulisan ini mengandung berbagai masalah
akhlaq yang sangat dibutuhkan setiap murid untuk mewujudkan cita-citanya.
Semoga Allah Subhaanahu wa Ta’ala memberkahi mereka dengan akhlaqul
karimah (akhlaq yang mulia) dan memberikan kesuksesan, serta
memperoleh kesuksesan dari ilmu yang mereka miliki, baik bagi diri mereka
maupun kalian makhluk Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penolong dan Maha Pemberi
Petunjuk.
PELAJARAN I
NASIHAT GURU KEPADA
MURIDNYA
Wahai anakku, semoga
Allah memberimu petunjuk dan pertolongan untuk selalu beramal sholih.
Sesungguhnya bagiku engkau ibarat seorang anak yang berada di sisi ayah yang
dicintainya. Aku akan bahagia dirimu berbadan sehat, berpendirian
kuat, suci hati, berakhlak mulia, menjaga adab, menjauhi perkataan tercela,
lemah lembut dalam bergaul, menyayangi sesama, menolong fakir, belas kasih
terhadap yang lemah, pemaaf, tidak meninggalkan sholat, dan tidak menunda-nunda
waktu untuk beribadah kepada Pencipta, Pemilik, Pemelihara, Penguasamu.
Wahai anakku,
seandainya engkau mau menerima nasihat dari seseorang, maka akulah orang yang
pantas untuk kau terima nasihatnya. Aku adalah gurumu, pendidikmu yang membantu
memelihara jiwamu. Engkau tidak akan mendapat seorangpun yang telah
mengharapkan kebaikan darimu sesudah orang tuamu kecuali aku (gurumu).
Wahai anakku,
sesungguhnya aku adalah seorang pemberi nasihat yang patut nutuk dipercaya.
Karena itu, terimalah dengan ikhlas segala nasihatku, dan amalkanlah dalam
hidupmu serta dalam pergaulan dengan teman-temanmu.
Wahai anakku, bila
engkau tidak mengamalkan segala nasihatku dalam kesendirianmu, maka engkau
tidak akan dapat mengamalkannya di kala bergaul dengan teman-temanmu.
Wahai anakku, bila
engkau tidak menuruti nasihatku, siapakah yg akan engkau ikuti?, apakah artinya
engkau memaksa dirimu untuk duduk dihadapanku?!
Wahai anakku,
sesungguhnya seorang guru menyayangi anak didiknya yang taat dan sholih,
sukakah engkau bila guru yang telah mendidikmu tidak rela dan tidak mengharap
suatu kebaikan atas dirimu?
Wahai anakku,
sesungguhnya aku sangat mengharapkanmu agar selalu beramal shalih. Karena itu
bantulah aku menyampaikan kebaikan itu kepadamu dengan cara kamu mentaati dan
melaksanakan akhlak karimah yang kuperintahkan kepadamu.
Wahai anakku, akhlak
yg paling baik adalah hiasan bagi insan, baik bagi dirinya dalam bergaul dengan
teman, keluarga dan sanak-saudaranya. Karena itu, jadilah engkau seorang yang
memiliki akhlaqul karimah, tentu setiap orang akan memuliakan dan menyayangimu.
Wahai anakku, bila
engkau tidak menghiasi ilmu dengan akhlaq yang mulia, maka ilmu
itu akan lebih membahayakanmu dari pada kebodohanmu. Karena orang
yang bodoh dimaafkan karena kebodohannya dan tiada maaf bagi seorang yang alim (pandai)
dihadapan manusia bila tidak menghiasi diri dengan akhlaq yang baik.
Wahai anakku, jangan
engkau hanya menanti saran dan kritik dariku, sesugguhnya mawas diri itu lebih
utama dan lebih besar manfaatnya.
Wahai anakku,
Rasulullah saw. pernah bersabda: “Sesungguhnya Allah
mensucikan agama ini (Islam) karena diri-Nya. Tidak akan suci agamamu kecuali
dengan sifat dermawan dan baik budi pekerti. Hiasilah agamamu dengan keduanya.” (HR.
Ath-Thabrani dari Imran bin Husain. Imam As-Suyuthi menyatakan bahwa hadits ini
dha’if).
PELAJARAN II
WASIAT
BERTAQWA KEPADA ALLAH
Wahai anakku,
sesungguhnya Rabbmu mengetahui apa yang tersimpan dalam hatimu, semua yang di
ucapkan oleh lisanmu dan melihat seluruh perbuatanmu. Karena itu bertaqwalah
pada Allah Yang Maha Agung.
Wahai anakku,
hindarilah olehmu jangan sampai Allah tidak ridla dengan perbuatanmu. Hidarilah
olehmu jangan sampai Rabbmu yg telah menciptakanmu, memberimu rezki dan akal
yang sehat sehingga engkau dapat mengamalkannya dalam hidup dan kehidupan itu
murka kepadamu. Bagaimanakah perasaanmu bila engkau berbuat sesuatu yang dilarang
oleh orang tuamu, sedangkan orang tuamu melihat pebuatan itu? Tidakkah engkau
takut keduanya memarahimu? hendaklah perbuatanmu terhadap Allah pun demikian.
karena Allah selalu memperhatikan segala perbuatanmu, walau engkau tidak
melihat-Nya. Jangan sekal-ikali engkau mengingkari perintah Allah dan jangan
engkau melakukan sesuatu yang dilarang-Nya.
Wahai anakku,
sesungguhnya ancaman dan siksa Rabbnu sangat keras dan berat. Karena
itu takutlah engkau anakku, takutlah pada murka rabbmu jangan
sampai sifat “Halim”(kebijakan) Allah membujuk dirimu.
“Sesungguhnya Allah menangguhkan siksanya pada orang yang zalim sampai dengan
Allah menyiksanya, sehingga dia tidak dapat lepas dari adzab yang
pedih.” (Hadis ini “Syarif” diriwatkan oleh Bhukhari, Muslim, Tirmizi,
dan Ibnu Majah dari Abi Musa Al-Asy’ari dari Nabi saw.).
Wahai anakku,
sesungguhnya dalam taat pada Allah itu terdapat kenikmatan dan kebahagiaan yang
tidak dapat di dicapai, kecuali dengan berulangkali menghadapi
cobaan. Karena itu anakku, taatlah kepada Rabbu dengan sikap tabah
menghadapi cobaan, agar engkau mendapat kenikmatan dalam beribadah dan
kebahagiaan dalam taqwa pada Allah, sehingga engkau dapat mengetahui dan
merasakan keiklasanku dalam menasehatimu.
Wahai anaku, sungguh
pada mulanya akan kau dapati perasaan berat untuk taat pada Allah. Tabah dan
sabarlah menghadapi hal itu, sehingga ketaatanmu pada Allah mejadi suatu
kebiasaan yang engkau lakukan dengan penuh kesadaran.
Wahai anakku, mawas
dirilah ketika engkau berada dibangku sekolah kala engkau belajar, membaca dan
menulis. Dianjurkan padamu agar menghafal Al Qur’anul Karim. Apakah engkau
tidak merasa malu di sekolah dan dihadapan gurumu bila engkau tidak mematuhi
tata tertib, padahal dirimu dituntut untuk itu. Karena itu ingat lah! Pada hari
ini engkau telah mengetahui keutamaan dalam menuntut ilmu dan engkau telah tahu
bahwa gurumu adalah orang yang selalu berusaha bagi kemaslahatan (kebaikan)
dirimu.
Wahai anakku, dengar
dan perhatikan nasihatku, sabarlah dalam taat kepada Allah, seperti
kesabaranmu dalam belajar disekolah. Suatu saat engkau akan mengetahui faedah
nasihat ini dan akan jelas suatu kau rasakan bila dirimu mendapat pertolongan
Allah untuk melaksanakan nasihat-nasihat gurumu.
Wahai anakku,
janganlah kau mengira bahwa bertakwa kepada Allah cukup dengan sholat, shaum
(dibulan Ramadhan) dan ibadah-ibadah sejenisnya saja. Sesungguhnya taqwa pada
Allah itu mencakup segala hal. Sebab itu bertaqwalah kepada Allah dalam
beribadah pada Robbmu, jangan sekali-kali engkau mengingkari dalam bergaul
dengsn teman-temanmu, jangan sampai menyakiti hati mereka. Bertaqwalah
pada Allah dalam menegakkan Dien-mu, jangan sekali-kali engkau khianati
ketentuan Allah dan pertahankanlah jangan samai Dien-mu dikuwasai musuh.
Bertakwalah pada Allah, jangan menunda-nunda ibadah dikala sehatmu dan jangan
hiasi dirimu kecuali Ahlaqul Karimah (akhlaq yang mulia).
Wahai anakku, Rasullah
saw. telah bersabda: “Bertaqwalah pada Allah dimana saja engkau berada,
ikutilah segera perbuatan jelek (maksiat) dengan perbuatan baik (ibadah), maka
ibadah itu akanmenghapus dosa dari maksiat. Dan berakhlaq baiklah dihadapan
umat manusia.” (Hadits Riwayat Imam Ahmad, Tirmidzi, dan Hakim dari
Abu Dzar dan Mu’adz bin Jabal).
PELAJARAN III
HAK DAN KEWAJIBAN
TERHADAP ALLAH DAN RASUL- NYA
Wahai anakku,
sesungguhnya Allah Tabaaraka Wa Ta’ala (yang banyak berkahnya lagi Maha
Luhur) telah menciptakanmu dan menyempurnakan berbagai nikmatnya
padamu baik lahir maupun batin. Tidaklah kau sadari, sesungguhnya awal darimu
hanyalah setetes air (mani) yang memancar kerahim ibumu atas curahan nikmat
serta rahmat Rabbmu engkau lahir dari kandungan ibumu sehingga anak manusia
yang sempurna. Allah menganugrahi dirimu dengan lisan sehingga engkau dapat
berbicara, telinga sehingga dapat mendengar, mata sehingga engkau dapat melihat
dan akal sehingga engkau dapat membeakan yang baik dan buruk. Sesuai dengan
firman-Nya: “Dan Allah telah mengelkuarkan kamu dari perut ibumu dalam
keadaan tidak mengetahui apa-apa, dan Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur.” (QS. An Nahl: 78)
Bukankah Allah yang
telah memberimu berbagai nikmat dan anugerah serta kebaikan dari sisi-Nya dan
Dia pula yang berkuasa mencabut kembali segala nikmat, anugerah dan
kebaikan itu dari sisimu bila engkau melakukan perbuatan yang
menyebabkan murka-Nya.
Wahai anakku,
kewajibanmu yang pertama tehadap Allah Penciptamu yang Maha Luhur dalam segala
hal adalah mengetahui sifat-sifa-Nya yang sempurna, dan bersungguh-bersungguh
dalam taat pada-Nya dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjahui
laranga-Nya. Hendaklah engkau yakin dengan teguh dan mantap bahwa yang engkau
pilih buatmu sendiri. Jangan mengikuti hawa nafsu mengerjakan sesuatu yang
tidak berguna, dan taat pada makhluk, baik mulia ataupun hina (dalam
pandanganmu) sehingga menghalangi drimu untuk taat dan beribadah pada Rabbmu.
Wahai anakku,
sebagaian dari kasih sayang Allah kepada para hamba-Nya ialah dengan mengutus
beberapa orang rasul “alaihimussalaatu wasallam” (semoga rahmat dan salam
dicurahkan kepada para utusan), untuk memberi petunjuk kepada manusia dalam
melaksanakan ibadah dan urusan dunia mereka. Rasul terakhir sebagai penutup
ialah Muhammad bin Abdillah bin Abdil Muthalib berkebangsaan Arab dari Bani
Hasyim Shallahu alaihi wasallam (semoga rahmat dan keselamatan selalu
dicurahkan pada beliau). Mentaati perintah rasul Allah yang mulia itu wajib
atas dirimu seperti engkau menaati perintah-perintah Allah yang telah
menciptakanmu:“Hai orang-orang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
serta ulil amri (pemimpin) diantaramu.” (QS. An Nisa’: 59). “Barangsiapa
yang taat pada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam
syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan barangsiapa yang bepaling
niscaya akan diadzab-Nya dengan adzab yang pedih.” (QS. Al Fath: 17).
Wahai anakku,
sesungguhnya Rasulullah saw. Tidak pernah berbicara mengikuti hawa nafsunya,
setiap perintah dan larangannya adalah berdasarkan wahyu Allah. Karena itu taat
kepada Rasulullah merupakan bagian ketaatan kepada Allah yang Maha Bijaksana:“Katakanlah,
jika kamu mencintai Allah, maka ikutillah aku, niscaya Allah akan mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” (QS.
Ali Imran: 31).
Wahai anaku, tidak
sempurna iman seseorang sebelum cintanya pada Allah dan Rasul-Nya melebihi
kecintaanya terhadap segala sesuatu selain Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah saw.
Telah bersabda: ”Tidaklah sempurna iman seseorang diantara kamu
sekalian, sehingga diriku lebih dicintainya daripada orang tua dan anak
kandungnya serta umat manusia seuruhnya.“ (Hadist Riwayat Iman Ahmad,
Bukhori, Nasai, Ibnu Majah, dari Anas bin Malik ra.)
PELAJARAN IV
HAK DAN KEWAJIBAN
TERHADAP KEDUA ORANG TUA
Wahai anakku, ketika
engkau merasa benar dalam berbakti pada ayah ibumu, maka sesungguhnya kewajiban
kedua orang tuamu terhadap dirimu lebih berat dari itu semua, yang kewajiban
itu nanti akan dilipat gandakan atas dirimu: “Maka janganlah kamu
katakan pada keduanya perkataan ’’ah’’ dan janganlah kamu membentak mereka,
ucapkanlah pada mereka perkataan yang mulia. Rendahkanlah dirimu terhadap
keduanya serta berdo’alah: “Wahai Rabbku, kasihanilah kedua orang tuaku sebagaimana
keduanya mengasihani aku diwaktu kecil.” (QS. Al Israa: 23-24).
Wahai anakku, lihat
dan ambilah teladan dari seorang bayi serta kasih sayang orang tuanya pada anak
itu. Dan lihatlah susah payah kedua orang tua dalam memelihara kesehatan
anaknya, memberi makan dan minum serta menjaganya siang dan malam, di saat
sehat maupun sakit. Sekarang engkau tahu, betapa beratnya tanggung
jawab orang tuamu dalam mendidik dan membesarkanmu hingga
engkau tumbuh dewasa.
Wahai anakku,
sungguhnya saat ini dirimu dikala Allah menolongku untuk menunjukkanmu jalan
yang benar tidak dapat memungkiri kenikmatan pemberian orang tuamu
yang tak pernah kikir dalam memberimu nafkah dengan seluruh kemanpuan
yang mereka miliki. Seandainya orang tuamu tidak mau memberi nafkah, tentu
engkau tidak mendapat kesempatan belajar di sekolah bersama teman-temanmu.
Wahai anakku, setiap
orang tentu ingin dirinya dapat mencapai derajat yang tinggi, berkedudukan,
serta dicintai Allah dan seluruh umat manusia. Mereka selalu berharapan
kedudukannya melebihi segala yang ada. Tetapi orang tua lebih menyukai bila anaknya
dapat mencapai kedudukan (derajat) yang lebih tinggi dan penghormatan yang
lebih mulia dari mereka. Lalu kewajiban apakah yang harus engkau perbuat
terhadap orang yang mendahulukan kepentingan pribadinya, yang selalu
mengharapkan kebaikan dirimu lebih dari harapanmu sendiri?
Wahai anakku, takutlah
engka membuat kemarahan kedua orang tuamu. Karena sesungguhnya murka orang
tuamu adalah murka Allah juga. dan barangsiapa membuat Allah murka (karena
membuat kemarahan orang tua), maka dia akan merugi dunia akhirat.
Wahai anakku, taatilah
perintah ayah ibumu, janganlah sekali-kali membantahnya, kecuali bila mereka
memerintahkanmu untuk ingkar pada Rabbmu:
“Tidak ada taat kepada
makhluk (sekalipun orang tua sendiri), didalam melakukan maksiat (dosa) kepada
Khalik (Allah).” (Hadis syarif diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Hakim dari Imran bin
Husain dan Hakam bin Amrin Al-Ghiffari ra.).
“Dan kami perintahkan
pada manusia berbuat baik kepada ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam
keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun,
bersyukurlah pada-Ku dan kedua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah tempat
kembalimu.”
“Dan jika keduanya
memaksamu untuk memper sekutukan Aku dengan sesuatu yang kamu tidak
ada pengetahuan tentang itu, janganlah kamu ikut keduanya, dan pergaulilah
keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang
kembali pada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka akan
Ku-beritakan padamu apa yang telah kamu perbuat.” (QS. Luqman: 14-15)
Wahai anakku, sesungguhnya
orang yang paling menyayangimu adalah ayah ibumu yang telah mendidik dan
memeliharamu sejak kecil sampai engkau tumbuh dewasa, menjadi seorang pelajar
dan menuntut ilmu pengetahuan islam. Karena itu terimalah nasihat dan
petuahnya, karena orang tuamu lebih mengetahui sesuatu yang akan engkau hadapi
dari pada dirimu sendiri. Dan orang tuamu lebih mengetahui sesuatu yang membawa
sifat manfaat atau mudlarat atas dirimu. Sungguh, Allah-lah yang menguasai dan
memberi petunjuk, pertolongan serta kemashlahatan (kebaikan) dirimu.
PELAJARAN V
HAK DAN KEWAJIBAN
TERHADAP TEMAN
Wahai Anakku,
ingatlah! Engkau telah menjadi seorang pelajar yang menuntut ilmu dan engkau
memiliki banyak teman. Mereka adalah saudara dan temanmu dalam pergaulan.
Karena itu, jangan engkau menyakiti hati atau berlaku buruk terhadap mereka.
Wahai anakku, bila
engkau duduk janganlah engkau persempit tempat bagi temanmu, lapangkanlah
tempat sehingga temanmu dapat duduk dengan leluasa. Sesungguhnya menyempitkan
tempat duduk (tidak memberikan kesempatan untuk duduk) pada orang lain itu
termasuk perbuatan yang mengesalkan dan menyakitkan hati, sehingga membuat
tidak enak di hati serta memunculkan banyak keburukan.“Hai orang-orang
beriman, bila dikatakan padamu: berlapang-lapanglah dalam majelis, maka
lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila
dikatakan: berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
derajat orang-orang yang menuntut ilmu. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (QS. Al-Mujadalah: 11)
Wahai anakku, bila
seorang temanmu mendapatkan kesulitan dalam belajar dan bertanya pada gurumu,
dengarlah baik-baik jawaban guru tersebut, mungkin dengan demikian engkau akan
mendapat faedah yang sebelumnya tidak kau ketahui. Hindarilah olehmu kata-kata
yang menyinggung dan menghina temanmu, atau menunjukkan wajah sinis karena
kurang berkenan atas pertanyaan temanmu itu.
Wahai anakku, Imam Abu
Hanifah ra. (pembangun mazhab Hanafi) pada suatu waktu ditanya: “Apa sebabnya
sehingga engkau mendapat ketinggian ilmu pengetahuan yang sangat luas?” jawab
Imam Abu Hanifah: “Aku tidak malas dalam mengambil manfaat (dengan belajar atau
mengajar), dan aku tidak pernah mencegah orang yang ingin belajar dariku.”
Wahai anakku, jangan
engkau persenpit jalan menuntut ilmu bagi teman-temanmu ketika mereka bertanya
pada guru tentang masalah yang benar-benar belum diketahui. Bila engkau
menghendaki suatu manfaat temanilah mereka dalam meyimak penjelasan guru
(sekalipun engkau telah faham dan mengerti).
Wahai anakku, jika
engkau tinggal bersama beberapa temanmu dalam satu asrama, Jaga dirimu jangan
sampai meresahkan mereka. Bila waktu istirahat tiba, jangan engkau mengganggu
mereka dengan suaramu yang keras dalam membaca atau
menghafal pelajaranmu. Belajarlah dengan sopan du asrama, biarkan mereka
beristirahat dengan tenang seperti ketika dirimu beristirahat. Bila fajar
menyingsir dan engkau telah bangun dari tidurmu, shalat subuhlah bagunkan
teman-temanmu dengan lembut dan sopan. Sholatlah berjama’ah, karena sholat
berjamaah itu lebih utama dari pada sholat seorang diri.
Wahai anakku,
bila temanmu membutuhkan pertolongan, janganlah engkau merasa berat untuk
menolongnya. Jauhkan sikap membanggakan dirimu, bahwa engkau lebih memiliki
keutamaan dari temanmu.
Wahai anakku,
Rasululluah saw. telah bersabda: “Orang mukmin terhadap mukmin lainnya
itu ibarat suatu bangunan yang satu sama lain saling menguatkan.” (Hadits
Riwayat Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan Nasai dari Abi Musa Al-Asy’ari).
PELAJARAN VI
ADAB DALAM
MENUNTUT ILMU
Wahai anakku,
belajarlah dengan sungguh-sungguh dan penuh semangat. Jagalah waktumu jangan
sampai berlalu dengan sesuatu yang tidak mendatangkan manfaat bagimu.
Wahai anakku, baca dan
pahamilah dengan penuh kesungguha pelajaran yang telah maupun yang belum di
bahas oleh gurumu. Bila engkau menemui kesulitan jangan ragu untuk bertanya dan
mendiskusikannya dengan temanmu. Dan jangan engkau alihkan ke masalah lain,
sebelum tuntas masalah pertama dan dapat kau pahami dengan baik. Apabila guru
telah memilihkan tempat untukmu, jangan engkau pindah ketempat lain. Bila salah
seorang teman kamu hendak menempati tempat dudukmu, janganlah kamu
bertengkar atau mengganggunya, tetapi kemukakan kepada gurumu agar beliau
memberimu tempat duduk tertentu.
Wahai anakku, bila
gurumu telah memulai pelajaran, jangan engkau larut dalam pembicaraan dengan
temanmu, simaklah setiap pembicaraan gurumu dengan penuh kesungguhan. Jangan
engkau melamun ditengah-tengah pelajaran. Bila engkau menemui
kesulitan, mintalah kepada gurumu dengan sopan untuk mengulangi menerangkan
sekali lagi. Jangan engkau melantangkan suara di hadapan gurumu dan jangan
engkau bantah penjelasan gurumu, sehingga dia tidak menyukaimu.
Wahai anakku, bila
seorang murid telah melanggar adab dihadapan guru dan teman-temannya, maka
wajiblah dididik untuk beradab yang baik karena belum memahami masalah adab.
Wahai anakku, bila
engkau tidak memuliakan gurumu lebih dari orang tuamu, maka engkau tidak
mendapatkan manfaat dari ilmu yang di ajarkannya.
Wahai anakku, tawadlu (merendahkan
hati) dan akhlak yang baik itu adalah hiasan ilmu pengetahuan. Maka barang
siapa tawadlu karena Allah, akan di angkatlah derajatnya. Allah akan
menjadikan seluruh makhluk-Nya cinta dan hormat kepadanya. Barang siapa takabur
dan berakhlak tercela maka jatuhlah martabatnya. Allah akan menjadikan seluruh
makhluk membenci dirinya, dan tidak mungkin ada orang yang menghormati,
memuliakan dan menyayanginya.
Wahai anakku, tidak
ada sesuatu yang lebih berbahaya bagi pelajar dari pada kemarahan
guru dan ulama, karena itu, takutlah anakku, jangan sampai engkau membuat
kemarahan pendidikmu atau menunjukkan akhlak tercela dihadapannya. Terimalah
anakku nasihatku ini! Carilah keridlaan guru-gurumu, mintalah do’a mereka agar
engkau mudah dalam belajar. Semoga Allah mengabulkan do’a guru-gurumu sehingga
tercapai cita-citamu. Apabila engkau sedang menyepi seorang diri, perbanyaklah munajat (berdialog)
dan tawakal (berserah diri) kepada Allah, semoga Allah
memberimu ilmu pengetahuan yang luas dan bermanfaat dengan mengamalkan ilmu
tersebut. Sesungguhnya Rabbmu Maha Mendengar dan mengabulkan segala do’a, yang
luas Anugerah dan Kemuliaannya.
PELAJARAN VII
ADAB BELAJAR, MENGKAJI
ULANG DAN DISKUSI
Wahai anakku, apabila
engkau menghendaki kebaikan atas dirimu, maka ajaklah beberapa orang teman
sekolahmu untuk muthala’ah (belajar) bersama, mungkin temanmu
dapat menolongmu dalam memahami sesuatu. Bila engkau telah memahami
pelajaranmu, jangan kau tinggalkan begitu saja buku pelajaranmu. Tetaplah
belajar bersama dengan teman-temanmu seperti engkau sedang menghadapi pelajaran
dihadapan para didikmu.
Wahyai anakku, berlaku
sopanlah terhadap temanmu dalam belajar. Bila engkau lebih cepat memahami
masalah, jangan sekali-kali engkau menghina temanmu (baik dengan kata-kata atau
perbuatan) dengan menunjukkan kebolehanmu dalam membahas atau memahami suatu
masalah.
Wahai anakku, jauhkan
dirimu dari berdebat (mujadalah) dan bersitegang dalam perkara yang batil (salah).
Sesungguhnya ilmu pengetahuan itu adalah amanah dan barang siapa menggunakan
ilmu pengetahuan ke arah kebathilan, berarti dia menyia-nyiakan amanah dari
Allah SWT.
Wahai anakku,
perbanyaklah mudzakarah (mengkaji ulang) berbagai pelajaran
yang telah engkau dapatkan. Sesungguhnya petaka (afat) bagi ilmu
pengetahuan adalah lupa. Ketahuilah!, sesungguhnya engkau adalah orang yang
terpandang di masyarakat, tentu akan datang ujian bagi setiap ilmu pengetahuan
yang engkau miliki. Orang yang dapat mengatasi ujian itu, akan mendapat
kedudukan mulia, sebaliknya masyarakat akan mencelanya bila dia tidak berhasil
mengatasi dengan baik. Dengan demikian akan terlihat kesungguhan orang tersebut
dalam belajar.
Wahai anakku, hindari
olehmu, jangan sampai mdzakarahmu hanya menghafal kata-kata tanpa tahu arti dan
maknanya. Berusahalah untuk mengerti arti dan maksud yang terkandung didalamnya
untuk kemudian kau tanamkan dalam hati. Karena ilmu pengetahuan itu adalah
sesuatu yang engkau fahami, bukan sesuau yang engkau hafal.
Wahai anakku, bila
engkau dan temen-temanmu berkumpul untuk berdiskusj dan saling mengemukakan
pandapat dalam berbagai masalah, jangan sekali-kali engkau memutus pembicaraan
seseorang yang sedang mengajukan argumentasinya, dan jangan engkau tergsa-gesa menjawab
masalah sebelum jelas duduk persoalanya. Jangan sekali-kali engkau membantah
suatu masalah tanpa alasan kuat, dan jangan engkau memperdebat permasalahan
dengan yang tidak haq (benar). Jangan menunjukkan
kemuliaan pribadi (pangkat, titel, dsb.) kepada lawan bicaramu. Jangan
meninggalkan ruang munadharah (diskusi) sebelum diskusi
selesai, hanya karena kalah bicara dan jangan mengeluarkan kata-kata yang
menyakitkan hati lawan bicaramu, serta menyalahkannya bila memberi jawaban yang
kurang tepat (jangan sombong bila menang dan jangan putus asa bila kalah,
itulah watak ilmuwan).
Wahai anakku, munadharah (diskusi
) sesama pelajar dalam membahas masalah ilmiyah, banyak membawa
manfaat, diantaranya: memperkuat pengertian, memperlancar pembicaraan, membantu
mengambil i’tibar (pelajaran ) dari suatu masalah dalam
menambah keberanian diri. Tetapi wahai anakku, semua itu tidak akan memberi
manfaat atas dirimu baik dalam pandangan Allah ataupun umat manusia, kecuali
bila engkau memiliki adab yang mulia, menjahui kat-kata yang tak layak
diucapkan dan bicaralah dengan perkataan yang haq sekalipun terhadap dirimu
sendiri. Janganlah engkau takut pada celaan orang, selam engkau berpijak pada
AL-Haq.
PELAJARAN VIII
ADAB OLAH RAGA DAN
BERJALAN DI JALAN UMUM
Wahai anakku,
peliharalah kesehatanmu dengan berolah raga diwaktu senggang, sehingga akan
pulih kembali semangatmu yang telah pudar dalam menuntut ilmu. Bila engkau
hendak berolah raga pilihlah waktu yang udaranya masih sejuk (belum
terlalu bayak populasi), yaitu pagi hari. Berjalanlah dengan tenang
(menjaga tata tertib lalu lintas), jangan tergesa-gesa, jangan dorong-mendorong
dengan teman (sambil bermain-main) dan janganlan tertawa terbahak-bahak.
Wahai anakku, bila
engkau berolah raga atau berjalan bersama-sama teman-temanmu, janganlah
memenuhi jalan umum sehingga mengganggu orang yang
hendak lewat. Dan jangan berjajar dijalan umum. Apabila jalan yang kalian
lewati itu lebar, berjalanlah dua-dua, bila jalan itu sempit, berjalanlah satu
persatu.
Wahai anakku
sesungguhya jalan umum itu bukan milik seseorang, tetapi setiap orang yang
lewat berhak atas jalan itu. Karena itu jangan
sekali-kali kalian memenuhi jalan umum sambil bergurau, hal demikian tidak
patut dilakukan oleh kaum terpelajar, yang akan menjatuhkan martabat mereka
dimata masyarakat.
Wahai anakku, bila
engkau melihat ditengah jalan ada sekelompok orang yang berjalan sambil
bergurau hendaklah kamu tidak ikut terpancing atau mendekati mereka, sebab
kemungkinan besar hal tersebut menjaga peyebab kehinaanmu atau kamu
dituduh melakukan sesuatu yang tidak kamu lakukan.
Wahai anakku,
janganlah engkau terpancing bila ada seseorang yang mengganggumu ditengah
keramaian, maafkanlan orang yang menggangumu, tentu Allah akan mengangkat
martabatmu: “Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan serupa. maka
barang siap memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas tanggungan Allah.” (QS.
Asy-Syuura: 40)
Dengan aklak seperti
inilah Allah SWT. telah mendidik kita melalui kitab-nya yang mulia.
Wahai anakku, bila
engkau keluar dari masjid atau rumah untuk membeli suatu kebutuhan, seperti
makanan, minuman, pakaian dan sebagainya, jangan engkau dengar dan tanggapi
perkataan orang-orang jahil (bodoh) yang kasar dan hina,
jauhkan dirimu dari mereka. dan hindarilah tawar menawar dengan penjual,
jika engkau setuju dengah harga yang telah ditentukan, maka bayarlah. Jika
tidak, tinggalkanlah dengan sopan. Jangan engkau tawar suatu barang jika tidak
bermaksud membelinya. karena hal itu akan membuat mereka mengucapkan perkataan
yang hina.
Wahai anakku, bila
engkau berbicara dengan seseorang jangan engkau keraskan suaramu melebihi
suara teman bicaramu. Jadilah engkau seorang yang halus dan sopan dalam
pembicaraan. Jangan engkau bicara dengan kata-kata yang menjatuhkan martabatmu
dihadapan teman bicaramu, walaupun orang itu sebaya dan setaraf denganmu dalam
usia atau kedudukan. Bila ada orang yang bicara denganmu, dengarkan baik-baik,
dan jangan engkau menanggapinya dengan keras dan kasar:
”Pergaulilah umat
manusia itu dengan akhlaq yang baik.” (Hadits syarif, diriwayatkan oleh
Imam Ahmad dan Hakim dan Abu Dzar. Imam Ahmad dan Tirmidzi Meriwayatkan dari
Mu’adz RA.).
PELAJARAN IX
ADAB MAJELIS DAN
KULIAH
Wahai anakku,
bila kamu melewati sekelompok orang,
ucapkanlah salam kepada mereka dengan ucapan salam yang sesuai dengan sunnah Rasul,
yaitu:“Assalamu’alaikum“ (semoga keselamatan dicurahkan
pada kalian). Dan jangan engkau ganti ucapan salam itu dengan salam
yang tidak ada tuntutan dari Rasulullah saw. Janganlah engkau memasuki
ruangan kecuali setelah meminta izin.
Mungkin mereka yang dalam ruangan sedang membicarakan suatu perkara yang tidak
boleh di dengar orang lain selain mereka. Jauhui pula olehmu sifat
kekanak-kanakan, karena sifat itu sangat mempengaruhi wibawa, sekalipun yang
melakukannya adalah orang yang terpandang saat itu.
Wahai anakku,
berkacalah pada dirimu sendiri bila engkau melakukan sesuatu yang engkau tidak
suka perbuatanmu itu diketahui orang selain dirimu, kemudian ada seseorang yang
tidak engkau kehendaki memasuki kamarmu dan melihat apa yang kau lakukan.
Bukanlah engkau merasa kesal dan engkau menghedaki orang tersebut pergi?
Seperti itulah perasaan sekelompok orang yang sedang mengadakan pertemuan, bila
engkau masuk tanpa izin sebelumnya, dan tentu merekapun tidak menyukai
kehadiranmu ketengah-tengah mereka.
Wahai anakku, bila
engkau diundang menghadiri suatu majelis (pertemuan), sedang engkau termasuk
orang yang berusia muda diantara yang hadir, jangan engkau duduk sebelum
engkau dipersilahkan. Bila engkau duduk, janganlah mendesak orang
yang lebih dahulu duduk, atau janga sekali-kali mengusir seseorang dari
tempatnya, kecuali dia mempersilahkanmu menepati kursinya. Bila engkau duduk
disuatu tempat, kemudian datang orang yang lebih patut menepatinya,
persilahkanlah dengan sopan untuk menduduki tempat tersebut. Bila semua itu
engkau lakukan dengan i’tikat yang baik dan penuh keihlasan, maka
kemuliaanmu di mata masyarakat akan bertambah.
Wahai anakku,
bila engkau berada dalam suatu pertemuan, jangan engkau mendahului membuka
pembicaraan dengan orang yang lebih utama darimu. Bila engkau berbicara,
hendaklah hanya yang haq dan jangan engkau melebih-lebihkan pembicaraan.
Sanggahlah perkataan orang lain dengan adab yang baik. Hindarilah tertawa
terbahak-bahak dalam ruang pertemuan, karena hal itu termasuk adab yang rendah
dan perbuatan yang hina dalam pandangan orang. Dan banyak tertawa itu dapat
menghilangkan kemuliaan, dan menyebabkan hati orang yang mendengar
bosan terhadapmu.
Wahai anakku,
janganlah engkau berteman, kecuali dengan orang yang wara’ (dalam
ilmunya), orang yang mulia, orang yang ‘iffah (menjaga diri
dari sesuatu yang haram) dan yang sempurna akhlaqnya. Jangan berteman dengan
pengumpat dan pengadu domba atau dengan orang-orang fasik dan orang-orang yang
berebihan dalam ucapan dan perbuatan. Jauhi olehmu berteman dengan orang-orang
yang berakhlaq rendah, suka mengada-ngada, munafik dan sejenisnyab, sebab
akhlaq yang rendah akan berpengaruh terhadap orang lain seperti api
yang membakar kayu sedikit-sedikit sampai akhirnya habis (akhlak
yang tercelapun sedikit demi sedikit akan mempengaruhi untuk kemudian memusnahkan
akhlak mulia).
PELAJARAN X
ADAB MAKAN DAN MINUM
Wahai anakku, bila
engkau ingin hidup sehat lahir bathin, terhindar dari segala penyakit,
janganlah engkau mengisi perutmu dengan sembarang makanan. Makanlah ketika
engkau merasa lapar dan berhentilah sebelum terlampau kenyang karena Rasulullah
saw. Telah bersabda: “Tidaklah anak Adam (manusia) memenuhi suatu wadah
itu lebih jelek dari pada memenuhi wadah makannya (perutnya).” (Hadits
Riwayat Imam Ahmad, Tirmizi, Ibnu Majah dan Hakim dari Miqdah bin Ma’dikariba).
Wahai anakku, bila
engkau hendak makan, cucilah dahulu tanganmu, bacalah“Bismillah” diawali
makanmu. Jangan engkau telan makanmu sebelum mengunyahnya sehingga
lunak, karena hal itu menolong pencernaan makanan, dan makanlah yang terdekat
denganmu, jangan mengulurkan tangan untuk mengambil makanan yang jauh darimu,
karena yang demikian itu adalah perbuatan yang tercela.
Wahai anakku,
janganlah engkau melakukan perbuatan seperti yang dilakukan oleh orang yang
berakhlak tercela dan hina di mata manusia, yaitu jangan engkau makan di tengah
pasar atau makan sambil berjalan sekalipun hanya makanan ringan. Karena yang
demikian itu menghilangkan sifat wara’ (dalam ilmunya)
dan membuat dirinya terhina.
Wahai anakku, jauhilah
sjfat bakhil (kikir), dan serakah. Bila engkau duduk untuk makan, sedang
disisimu ada orang, baik sudah kenal atau belum, ajaklah dia makan
bersamamu, bila makananmu tersisa, sedekahkanlah pada fakir miskin. Dan
janganlah engkau malu dengan memberikan sedekah yang sedikit itu, karena
sedikit itu (sekalipun sedikit) sangat berarti bagi fakir miskin. Dan bila
engkau memberikan sedekah pada seorang fakir, jangan sekali-kali engkau
sertakan hina yang ditunjukkan padanya, jangan engkau ikuti sedekahmu dengan
kata-kata yang menyakitkan hati orang yang engkau beri sedekah: “Ucapan
yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari pada sedekah yang diiringi dengan
seuatu yang menyakitkan hati si penerima.” (QS. Al-Baqarah: 263)
Oleh karena itu,
peliharalah sedekahmu jangan sampai diketahui orang lain, karena sesungguhnya
sedekah sirri (secara rahasia) itu memadamkan kemurkaan Allah swt.
“Sesungguhnya sedekah
secara rahasia itu dapat menghapus kemurkaan Allah swt.” (Hadits Riwayat
Thabrani, dalam Kitab “Mu’jamul-Kaibil” dari Muawiyah bin Haidah)
Wahai anakku, jangan
engkau makan dan minum dengan alat makan minum yang kotor, karena hal itu akan
mendatangkan penyakit bagi dirimu, yang mungkin akan sulit disembuhkan. Dan
minumlah air yang bersih, bila hendak minum, bacalah “Bismillah”.
Jangan engkau minum sekaligus segelas air, minumlah sedikit demi sedikit,
sebaiknya satu gelas diulang tiga kali yang setiap kalinya dipisahkan dengan
bacaan “Bismillah”. Bila engkau telah selesai makan dan minum, bacalah “Alhamdulillah” (segala
Puji milik Allah) yang telah memberimu makan dan minum. Bersyukulah atas nikmat
yang telah dikaruniakan-Nya padamu, yang tidak terhitung banyaknya. Sesungguhnya
Allah-lah yang memberimu petunjuk dan pertolongan.
PELAJARAN XI
ADAB BERIBADAH DAN
MASUK MASJID
Wahai anakku, takut
dan jauhilah olehmu ingkar dalam beribadah kepada Rabbmu, sebab sesungguhnya
Rabbmu telah berfirman dalam kitab-Nya yang mulia: “Dan Aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. Aku
tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki Supaya
mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah dialah Maha pemberi rezki Yang
Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.”(QS. Adz-Dzaariyaat: 56 – 8)
Wahai anakku, jadilah
engkau seorang yang selalu bersemangat dalam menjalankan ibadah fardlu (wajib
), khususnya shalat. Lakukanlah shalat fardlu tepat pada waktunya dengan
barjama’ah. Apabila waktu shalat hampir tiba, siapkanlah dirimu untuk berwudlu,
jangan saling mendahului dalam perjalanan ke masjid dan ke tempat wudlu, jangan
berlebihan dalam menggunakan air untuk berwudlu. Apabila waktu shalat telah
tiba dan muadzin telah melakukan adzan, segera hadapkan dirimu ke arah kiblat,
lakukan shalat sunnat qabliyah (shalat sunnat yang dikerjakan sebelum shalat
fardlu). Sesudah itu duduklah bertafakkur, i’tikaf atau bardzikir kepada Allah,
sampai shalat berjama’ah dilaksanakan. Bila sampai waktunya untuk shalat
berjama’ah, berjama’alah dengan khusyu’ dan tawadlu (merasa rendah diri).
Ketahuilah! Sesungguhnya pada saat shalat, engkau sedang munajat (berdialog)
dengan Robbmu dan berada dalam kekuasaannya-Nya. Imam Hakim meriwayatkan hadist
dari abu Hurairah ra., dari Nabi saw., beliau telah bersabda: “Sesungguhnya
salah seorang dari kamu sekalian apabila berdiri shalat, dia sedang melakukan
munajat dengan Rabbnya. Maka jagalah adab bermunajat tersebut.” sebab itu
jahuilah segala godaan syaitan dan hindari perasaan tidak khusyu’ berupa
bisikan hati yang mengalihkan perhatian kepada selain munajat kepada Allah Yang
Maha Pengasih.
Wahai anakku, apabila
engkau telah menunaikan shalat fardlu, maka lakukan shalat sunnat ba’diyah
(shalat sunnat yang dikerjakan sesudah shalat fardlu), berdo’alah kepada Allah
dengan do’a yang telah diajarkan Allah dan Rasul-Nya. Beristigfarlah (memohon
ampun) sebanyak mungkin dengan membaca “astaghfirullaahal ‘adziim” dan
mohon kepadanya-Nya ditambah ilmu, sebab sesungguhnya Allah Maha Pembuka dan
Maha Mengetahui.
Wahai anakku, lebih
baik lagi selama berada di dalam masjid, engkau mampu memelihara wudlumu. Sebab
sesungguhnya masjid adalah rumah yang yang diridlai Allah, maka siapa yang
memasuki masjid akan mendapat keridlaan Allah. Salah satu adab yang tercela
adalah apabila engkau masuk masjid, tetapi tidak beribadah kepada-Nya.
Wahai anakku,
sesungguhnya perhatian muslimin selalu dicurahkan kepada para pelajar, dengan
maksud memuliakannya. Mereka akan mambesar-besarkan yang sebenarnya kecil, jika
kesalahan itu dilakukan oleh orang yang terpelajar. Sebab itu jagalah dirimu
jangan sampai menjadi pembicaraan dikalangan mereka. Lunkanlah suaramu, jangan
engkau bermusuhan dengan temanmu, jangan membencinya dan jangan menghalangi
seorang mukmin yang beribadah kepada Rabbnya di masjid tersebut.
Wahai anakku, didalam
masjid engkau akan selalu diperhatikan orang. Mereka akan mengambil i’tibar
(teladan) dari akhlaq dan kekhusyua’an shalatmu. Karena itu janganlah engkau
berbuat tidak sopan dan sholat tergesa-gesa, sehingga mereka tidak mau
memperlihatkan dan mengindahkan nasihat serta petunjuk yang engkau
sampaikan.
Wahai anakku,
janganlah engkau melakukan sesuatu yang kurang baik di dalam masjid, sehingga
menjadi bahan pembicaraan umum yang memberi pengaruh negatif kepda
teman-temanmu. Apabila engkau melihat seseorang melakukan shalat tidak sesuai
dengan menurut hukum-Nya, tegurlah dengan bijaksana dan dengan nada yang lemah
lembut. Apabila engkau ingin menyampaikan syariat Allah kepadanya, maka
janganlah sekali-kali engkau membuat dia tidak tertarik mempelajari Dienul
Islam. Allah akan memberi petunjuk jalan yang lurus kepada orang yang
dihendaki.
PELAJARAN XII
KEUTAMAAN BERBUAT
JUJUR
Wahai anakku,
berusahalah engkau untuk menjadi sesorang yang selalu jujur dalam segala
pembicaraan. Sebab sesungguhnya dusta itu adalah perbuatan yang buruk dan
tercela. Janganlah engkau berdusta untuk memperoleh nama baik dikalangan
teman-teman dan gurumu. Bila engkau sudah terbiasa berdusta: maka teman-temanmu
tidak akan mempercayaimu, sekalipun apa yang engkau sampaikan itu adalah benar.
Wahai anakku, apabila
engkau melakukan pelanggaran terhadap gurumu, engkau wajib menerima sangsi,
maka janganlah engkau berdusta. Bila engkau ditanya, jawablah dengan
terusterang. Dalam melakukan sesuatu hendaklah konsekwen, berani berbuat harus
berani bertangungjawab. Jangan melibatkan temanmu lantaran ingin menghindari
sangsi, karena jika kebohonganmu telah kebongkar, maka engkau akan menerima
sangsi yang berlibat ganda dihadapan Allah dan gurumu, yaitu sangsi berbuat
salah dan sangsi berdusta. Engkau tidak bisa menyelamatkan diri dari azab Allah
Yang Megetahui segala apa yang engkau rahasiakan dalam hatimu.
Wahai anakku,
sesunguhnya Al-Quran menegaskan bahwa Allah akan melanat orang yang berdusta.
Apakah engkau rela menjadi orang yang dila’nat AIIah, padahal engkau
mempelajara Dienul Islam.
Wahai anakku, apabila
engkau berdusta sekali saja dan tidak ada orang yang mengetahui, ada
kemungkinan diketahui orang secara kebetulan dikemudian hari. Dengan kemudian
semua kebohongan yang pernah engkau lakukan akan terbongkar.
Wahai anakku, apabila
engkau merasa tidak takut berdusta dihadapan manusia dan menganggap itu adalah
hal yang sudah biasa, apakah engku merasa tidak takut terhadp azab Rabbumu yang
selalu mengetahui segala yang dirahasiakan di dalam hati?
Wahai anakku, apabila
seseorang berdusta, maka dia akan terbiasa melaukannya. Sulit baginya untuk
selalu jujur. Karena itu usahakanlah untuk selalu memelihara kejujuran. Hindari
perbuatan bohong, sekalipun perduatan itu dapat menyelamatkan dirimu.
Wahai anakku,
ini adalah wasiatku kepadamu. Apabila kamu termasuk orang yang jujur sebagaimana
sikap para penuntut ilmu, maka berjanjilah untuk tidak berdusta dalam setiap
pembicaraan. Katakanlah: “Ya Aallah, hamba berjanji untuk tidak berdusta kepada
seseorang selama hidupku,” niscaya akan nampak bagiku di kemudian hari sejauh
mana kamu menjaga janji yang kau ucapkan kepada Allah dihadapan guru dan
teman-temanmu.
Wahai anakku,
sesungguhnya orang-orang yang menjadikan dusta sebagai permainan
tidak akan mendapat pahala di sisi Allah. Jangan sampai engkau berdusta dan
apabila ditanya, kemudian engkau menjawab: “Aku hanya main-main saja” janganlah
engkau berdusta, baik dalam keadaan serius maupun santai.
Ingatlah! Sesungguhnya
seseorang yang berbuat jujur, setiap perkataan dan perbuatan akan dijadikan
dalil, sekalipun tanpa mengetahui dalil yang sebenarnya (Al-Quran dan Hadits).
Dia akan selalu diajak bermusyawarah dan dimintai dalam pendapat dalam
penyelesaian suatu masalah. Jika engkau ingin mendapat kepercayan
seperti itu, maka usahakanlah untuk selalu jujur dalam setiap pembicaraan.
Dan Allah maha Kuasa tentu memberi petunjuk dan pertolongan ke jalan yang
lurus.
PELAJARAN XIII
KEUTAMAAN AMANAH
Wahai anakku, amanah
(dapat dipercaya) merupakan sebaik-baik akhlaq dari beberapa akhlaq terpuji.
Sedangkan khianat (tidak dapat dipercaya) merupakan seburuk-buruk akhlaq yang
hina dan rendah. Amanah merupakan hiasan bagi orang-orang yg mulia dan berilmu.
Sesungguhnya amanah dan sidiq (jujur) merupakan sebagian sifat-sifat para Rasul
‘alaihimu Shalaatu Wassalaamu (semoga shalawat dan salam dicurahkan kepada
mereka).
Wahai anakku, jadilah
engkau seorang yang dapat dipercaya dalam segala hal. Janganlah engkau kianat
dalam masalah kehormatan, harta kekayaan dan sebagainya. Apabila seorang
mempercayakan harta kekayaanya kepadamu, maka janganlah engkau berkhianat dan
kembalikanlah jika dia meminta. Apabila seorang telah mempercayakan kepadamu
suatu yang rahasia, maka janganlah engkau berkhianat dan menceritakannya pada
orang lain, sekalipun dia teman yang dapat dipercaya dan mulia di sisimu.
Wahai anakku, apabila
engkau tinggal di asmara atau kost, janganlah engkau mengambil atau menggunakan
barang temanmu tanpa izin (ghashab). Jagalah hak milik temanmu, jangan sampai
ada seseorangpun yang berani mengambilnya tanpa izin, jika temanmu
tidak berada di tempat.
Wahai anakku, jagalah
dirimu, jangan sampai teman-temanmu menganggap dirimu tidak dapat dipercaya.
Jangan sampai mereka berprasangka engkau mencuri barang-barang mereka, padahal
engkau benar-benar melakukannya.
Wahai anakku, jadilah
engkau seorang yang dapat dipercaya, baik dalam masalah yang besar maupun
urusan kecil. Hidarilah pembicaraan khianat, sekalipun kepada dirimu sendiri,
baik dalam hal yang dipandang mulia ataupun yang hina. Yang termasuk perbuatan
khianat diantaranya membuka tas, koper atau lemari temanmu, di saat dia tidak
ada, sekalipun hanya dengan niat malihat saja. Jangan mencari-cari kesalahan teman,
jangan mencoba untuk mendengarkan pembicaraan dua orang temanmu tanpa seizin
mereka, serta jangan memanggil seseorang dengan nama selain nama aslinya.
Wahai anakku,
janganlah engkau mengambil sesuatu milik teman mu dengan maksud bergurau, dan
segera engkau kembalikan bila dia mancarinya. Perbuatanmu ini akan menyebabkan
temanmu selalu berprasangka buruk kepadamu dan mencurigaimu, meskipun engkau
tidak berniat benar-benar mengambilnya. Sulit bagimu untuk menghilangkan
prasangka buruk itu, bila mereka sudah terlanjur deranggapan demikian. Sebelum
hal itu terjadi, maka hindarilah.
Wahai anakku,
janganlah engkau berkhianat kepada dirimu sendiri dan kepada orang lain.
Termasuk berkhianat pada diri sendiri adalah membaca buku dan menjawab
pertanyaan guru dengan diam-diam terlebih dahulu membaca buku dan menjawabnya
seolah-olah kamu mengetahui jawaban dari pertayaan tersebut. termasuk
berkhianat pada diri sendiri adalah saat duduk di bangku ujian, bila kamu tidak
mampu menjawabnya kemudian menyontek secara langsung jawaban tersebut atau
diam-diam meminta seorang temanmu untuk mrnjawabnya.
Wahai anakku, dengan
perbuatan itu, berarti engkau telah menipu dirimu sendiri. Sekalipun engkau
kurang mampu dalam pelajaran, asalkan tidak menjadi pengkhianat dan penipu.
Wahai anakku, takut
lah untuk melakukan hal seperti itu, dan bersungguh-sungguhlah dalam
menuntut ilmu. Selamatkanlah dirimu dari perbuatan khianat dan menipu diri
sendiri. Dan Allah Maha Kuasa untuk memberi petunjuk dan pertolongan kepadamu.
PELAJARAN XIV
KEUTAMAAN DALAM ‘IFFAH
Wahai anakku, ‘iffah
(menjaga diri dari sesuatu yang haram) adalah sebagian dari akhlaq
orang-orang yang mulia, termasuk sifat orang-orang yang beramal baik. sebab itu
engkau harus memiliki akhlaq yang mulia itu agar menjadi suwatu watak yang
tertanam dalam jiwamu.
Sebagian dari ‘iffah
ialah berusah untuk menjadi orang yang hidup sederhana, tidak merasa berat
untuk memberi makan dan minum kepada orang yang sangat membutuhkannya, juga
kepada kawan yang lain. Dahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingan
pribadi.
Bagian lain dari
‘iffah ialah jangan sekali-kali engkau melihat sesuatu milik orang lain dengan
maksud untuk memilikinya (thama’), jangan pula engkau terlalu rakus dalam makan
dan minum untuk mengejar kesenangan sementara.
Wahai anakku, termasuk
‘iffah pula jika engkau dapat membagi dan membedakan kepentingan untuk pribadi
serta kepentingan hawa nafsumu. Janganlah engkau memperturutkan kehendak hawa
nafsumu dalam mencari kepuasan yang hina, perbuatan seperti ini hanya dilakukan
oleh orang-orang dzalim (berbuat kerusakan), orang-orang yang rendah akhlaq
sejalah yang selalu memperturutkan hawa nafsunya.
Wahai anakku,
sesungguhnya orang kaya yang mengisi perutnya dengan roti (makanan enak) sama
saja dengan orang fakir yang mengisi perutnya dengan makanan yang tidak enak,
karena titik akhir dari semua itu adalah berupa kotoran.
Wahai anakku, jadilah
engkau seorang yang berjiwa mulia dengan berbuat ‘iffah, janganlah engkau
mengotori kemuliaan dirimu dengan makanan yang engkau makan dengan cepat,
hingga tak tak terasa kelezatannya dan di mana saja kau berada hindari cara
makan yang rakus agar engkau tidak mendaat celaan.
Wahai anakku, bagi
yang belum memilikinya, ’iffah merupakan suatu perisai diri. Peliharalah
perisai tersebut yang akan mengantarkan dirimu kedalam ketenteraman dan
kemuliaan hidup, baik dalam pandangan ulama ataupun dalam pandangan orang awam
(umum)
Wahai anakku, takutlah
engkau dari segala perbuatan haram. Apabila engkau berjalan di keramaian, maka
janganlah engkau memenuhi arah pandang matamu terus menerus kepada kaum wanita,
begitu pula sebaliknya. Janganlah engkau asyik berbicara dengan wanita yang
bukan mahram dan bukan sanak saudaramu (sekalipun itu teman belajar).
Hindarilah olehmu berdua dengan wanita, perbuatan seperti itu diharamkan
untukmu. Berpegang teguhlah kepada firman Allah: “Katakanlah kepada
orang-orang beriman: hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara
kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci dari mereka, sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang mereka berbuat.” (QS. An-Nur: 30)
Wahai anakku, dalam
suatu hadits riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim dan Abu Dawud dari Anas bin Malik,
diriwayatkan juga oleh Imam Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Ibnu Majah dari
Shafiyah ra. Menerangkan: “Sesungguhnya syaitan itu menelusuri tubuh
anak Adam (umat manusia) untuk menggodanya seperti beredarnya darah di dalam
tubuh.”Kaum Wanita adalah tali pengikat bagi syaitan untuk
menjerumuskan orang-orang yang beriman lemah.
Wahai anakku, takutlah
dan jangan sampai syaitan menarik dirimu ke arah perangkap yang telah
dipasangnya dengan memperturutkan hawa nafsu yang tercela, sehingga dirimu
terjerumus ke jurang dosa besar dan kemungkaran dengan melakukan perzinahan dan
lain sebagainya.
Wahai anakku, ingatlah
firman Allah: “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu
adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”(QS.
Al-Israa’: 32)
Wahai anakku, wasiatku
padamu, hendaklah engkau menjaga diri dari godaan dan bujuk rayu syaitan serta
dari syahwat yang keji. Sesungguhnya Allah swt. selalu mengawasimu, sekalipun
engkau berada di tempat sepi dan Allah akan menghisab (menghitung) segala amal
perbuatanmu.
Wahai anakku,
terimalah nasihatku ini. Ingatlah selalu setiap saat, lebih-lebih di kala
engkau terterik melakukan sesuatu yang jelek dengan memperturutkan syahwat yang
hina. Mintalah perlindungan-Nya dari godaan syaitan yang terkutuk, dengan
membaca:“A’uudzuubillaahaminas syaithaanir rajiim.” Hadapkanlah
dirimu kepada Allah dengan niat yang suci murni, mintalah keselamatan kepada
Allah dari godaan dan rayuan syaitan. Wahai anakku, sesungguhnya Allah
menguasai, menjaga dan memelihara dirimu dengan rahmat dan petunjuk-Nya.
PELAJARAN XV
KEUTAMAAN MURUAH
(KURANG MENJAGA KEHORMATAN DIRI), SYAHAMAH (MENCEGAH HAWA NAFSU) DAN ‘IZZATIN
NAFSI (KEMULIAAN DIRI)
Wahai anakku, tidak
ada kebaikan bagi orang yang sedikit muruahnya (kurang menjaga kehormatan
diri), membuat dirinya hina dalam pandangan umat dan teman pergaulan. Apabila
seseorang dihina dan dicela, dia akan merasa rendah diri serta kehilangan
kemulian dirinya.
Wahai anakku,
kepribadian orang-orang seperti itu bukanlah watak dan kepribadian orang-orang
yang mempelajari Dien, dan tidak patut dimiliki oleh orang-orang yang memegang
teguh ajaran syariat Islam.
Wahai anakku, jaga dan
peliharalah sifat muruahmu, janganlah engkau dudukkan dirimu bukan pada
tempatnya. Peliharalah dan jaga dirimu dari pergaulan dengan orang-orang yang
rendah akhlaqnya dan tercela. Angkatlah kehormatan dirimu dari sifat-sifat
kehinaan, janganlah engkau menjadi budak perutmu (hidup untuk makan ibarat
binatang) dan janganlah engkau menjadi budak hawa nafsu syahwatmu dengan
memperturutkan apa yang dikehendaki.
Wahai anakku, fakir
(kekurangan) dalam masalah harta tidaklah menjadi tercela bagi umat manusia.
Seseorang akan tercela apabila tidak memiliki sifat muruah, bukan karena
sedikit hartanya. Seseorang akan mendapat pujian jika memiliki sifat muruah dan
baik dalam bergaul dengan keluarga dan temanya, jadi bukan karena banyak harta.
Sebagaian dari sifat
wara’ (orang yang dalam ilmunya) ialah menjaga wajahmu dari kehinaan
memimta-minta, ridla untuk hidup sederhana apa adanya, makan hanya sekedar
untuk penguat badan saja, sebagaimana diterangkan dalam hadits syarif, dari
Nabi saw.: “Tidaklah anak adam (umat manusia) memenuhi suatu wadah yang
lebih jelek dari pada perutnya. Hanya sekedar kebutuhan untuk mempertahankan
kekuatan tubuhnya saja dia makan. Apabila merasa harus makan banyak, maka
hendaklah dibagi isi perutnya, yaitu: sepertiga untuk menyimpan makanannya,
sepertiga untuk menyimpan minumnya, dan sepertiga lagi untuk pernafasanya.” (Hadits
riwayat Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Hakim dari Miqdad bin Ma’dikariba)
Janganlah engkau
memancing seorang untuk mengungkapkan sesuatu yang telah diberikan kepadamu
baik berupa barang ataupun yang lainnya, itu merupakan kesenangan sementara
saja.
Sebagian lagi dari
cara menjaga kehormatan diri ialah engkau selalu melihat dengan penuh kasih
sayang kepada fakir miskin dan orang-orang yang sangat membutuhkannya.
Termasuk cara menjaga
kehormatan diri yang lain ialah apabila engkau memberikan pertolongan kepada
salah seorang teman baik dengan harta ataupun lainnya, Janganlah
engkau jadikan jalan untuk menghina dan mencelanya.
Wahai anakku, sebagian
dari syahamah (mencegah hawa nafsu) ialah memaafkan orang yang bersalah atau
berbuat jahat kepada dirimu, sekalipun dirimu mampu dan kuat untuk membalasnya.
Bagian lain dari syahamah ialah berkata benar, sekalipun pada diri sendiri dan
juga menjaga kehormatan diri sekalipun engkau hidup fakir tanpa dan papa dari
harta.
Wahai anakku, orang
yang tidak menjaga ‘izzatin nafsi (kemuliandiri), maka tidak akan manfaat harta
dan yang lainnya untuk mencapai suatu kemulian.
Kemulian diri adalah
lebih utama dan lebih mulia daripada kemulian harta benda. Sebagian dari
kemulian diri ialah menunjukkan akhlaq yang baik dihadapan umat manusia,
sekalipun engkau fakir. Tidak memperlihatkan hajat kebutuhanmu kepada seseorang
yang dekat denganmu. Sebagian lagi dari kemulian diri ialah bersabar dikala
mendapatkan kesulitan hidup, dengan kesabaran yang terpujidan berserah diri
kepada Allah, janganlah meminta bantuan selain kepada Rabbmu.
Wahai anakku, sebagian
dari ‘izzah nafsi, muruah dan syahamah ialah menjauhkan diri dari melakukan
perbuatan yang hina dan rendah untuk dirimu, jauhi perbuatan yang dapat
menjatuhkan harga diri serta juga menjauhi perkara-perkara yang dapat
menjatuhkan nama baik generasi penerus yang menjujung Dienul Islam, menjaga
nama baik lingkungan dimana engkau berpijak. Rasulullah saw. telah bersabda:
“Orang mukmin dengan orang mukmin lainnya itu ibarat suatu bangunan, yang satu
sama lainnya saling kuat menguatkan.” (Hadis riwayat Bukhari, Muslim dari Abi
Musa Al-Asy’ari ra.)
PELAJARAN XVI
GHIBAH, NAMIMAH, HIQD,
HASAD DAN
TAKABUR
Wahai anaku, sebagian
dari akhlak tercela dan hina ialah ghibah (engkau mambicarakan kejelekan
temanmu di saat dia tidak ada). Apabila dia mengetahuinya tentu akan merasa
tidak senang .
Wahai anakku,
pada setiap orang pasti mempunyai kekurangan,
karena itu jauhilah olehmu membicarakan kejelekan orang lain.
Wahai anakku, jauhilah ghibah, jauhi perbuatan-perbuatan yang sejenis.
Perbuatan yang serupa dengan ghibah adalah namimah (mengadu domba), janganlah
engkau berbuat kerusakan dikalangan umat manusia janganlah engkau mengatakan
kepada seseorang si Anu telah mengumpatmu, si Anu menuduhmu berbuat anu dan
lain sebagainya.
Wahai anakku,
ghibah dan namimah adalah sebagian dari akhlaq yang rendah dan tercela, bukan
akhlaq kaum pelajar, juga bukan akhlaq pelajar yang mempelajari Dienul Islam.
Karena itu janganlah engkau mengotori diri dengan akhlaq yang rendah dan hina
itu. Dalam Al Quran ditegaskan: “Wahai orang-orang yang beriman,
jauhilah olehmu kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu
adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian
kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu marasa jijik
kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima
taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujaraat: 12)
Wahai anakku,
janganlah engkau hasad (dengki) kepada temanmu yang mendapat
keni’matan dari Allah, karena dirimu tidak mendapatkan-Nya. Mungkin
pada suatu saat Allah akan memberimu ni’mat seperti apa yang
diperoleh temanmu.
Wahai anakku, hasad
itu sama sekali tidak ada manfaatnya, bahkan menimbulkan permusuhan dan dendam.
Sesungguhnya apabila engkau dengki kepada salah seorang teman, maka temanmu
akan marah dan membencimu, setiap orang yang mengetahuinyapun akan memberi
penilaian bahwa dirimu berakhlaq rendah dan tercela.
Wahai anakku, karena
itu tinggalkanlah sifat ghibah, naminah dan hasad. Tinggalkan pula sifat hiqd (benci)
kepada teman dan kepada sekalian umat manusia janganlah engkau menyimpan perasaan
jelek kepada seseorang. Apabila ada seseorang berbuat salah kepadamu, kemudian
memohon maaf, maka maafkanlah dengan penuh keikhlasan dan kejujuran, buang
jauh-jauh perasaan untuk membalas dendam.
Wahai anakku, jadilah
engkau seorang yang berhati suci, bersih dari sifat hasad, hiqd dan lainya,
karena orang akan merasa bahagia dan cinta kepadamu.
Wahai anakku, hiqd dan
hasad itu adalah akhlaq yang buruk, yang tidak akan memberi mudlarat kecelakaan
kecuali kepada orang yang memiliki sifat itu. Hasad tidak akan dapat
memindahkan keni’matan yang dimiliki seseorang kepada dirimu. Bila dirimu
menjadi orang yang pendengki pembenci, maka hatimu akan selalu
panas, sakit hati sepanjang siang dan malam. Dirimu tidak akan tenang selama
sifat hasad dan hiqd masih tertanam dalam hatimu.
Wahai anakku, apabila
Allah memberi ni’mat karunia kepadamu, bersyukurlah, jangan engkau takabbur
(sombong) terhadap sesama makhluk. Sesungguhnya Allah Dzat yang memberimu
ni’mat dan Dia kuasa untuk mencabut kembali. Sesungguhnya Allah yang mencegah
tidak memberikan ni’mat kepada selainmu itu kuasa untuk memberinya berlipat
ganda dari apa yang telah diberikan kepadamu. Karena itu janmganlah engkau
membuat murka Allah dengan takabbur kepada makhluk-Nya, sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang takabbur.
Wahai anakku,
janganlah dirimu terbuai oleh apa yang telah Allah berikan kepadamu, sehingga
engkau lupa beribadah kepada-Nya, sesungguhnya dirimu adalah sebagian dari
makhluk-makhluk-Nya yang wajib bersyukur dan beribadah kepada-Nya. Engkau
mempunyai kedudukan yang sama dengan umat manusia lain, dan engkau akan
mendapat kedudukan yang lebih tinggi bila engkau bertaqwa. dalam Al-Qur’an
ditegaskan: “Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu kamu saling kenal mengenal. Sesunggnhnya orang yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di
antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS.Al-Hujaraat:
13)
PELAJARAN XVII
KEUTAMAAN TOBAT, ROJA,
KHAUF, SABAR DENGAN BERSYUKUR
Wahai anakku,
hindarkanlah diri dari dosa dan kesalahan, terkecuali para
Nabi ‘Alaihimush Shalaatu Wassalaam, mereka semua ma’shum (terjaga).
Jika dirimu terpaksa melakukanya beristighfarlah kepada Allah swt., sesugguhnya
Rabbmu maha pengampun bagi hamba-hamba-Nya.
Wahai annaku,
sesugguhnya bertobat dari dosa yang kau lakukan tidak cukup dengan kata-kata
lisan saja, tatapi tobat yang sebenarnya ialah: pengakuan samua dosa yang telah
engkau lakukan di hadapan rabbamu dengan kesadaran bahwamu sesungguhnya engkau
telah berdosa dan wajib menerima siksa sebagaimana yang ditentukan Allah swt.
Dalam bartobat hendaklah engkau beristighfar dengan perasaan sedih dan menyesal
atas perbutan-perbutan yang engkau lakukan. Dan berjanji kepada Allah untuk
tidak melakukanya lagi selamanya. Kemudian berserah diri dan berharaplah kepada
Allah untuk mendapatkan ampunan dosa yang telah engkau lakukan. Apabila Allah
menghendaki tentu akan menghendaki tentu akan mengapunimu, tapi mungkin pula
Allah akan menyiksamu.
Wahai anaku, ini semua
adalah cara tobat dan istighfar yang sebenarnya (taubatan nasuha). Bukan
hanya cukup dengan ucapan: “aku bertobat kepada Allah”, tapi dirimu masih
selalu melakukan maksiat. Hal ini merupakan perbuatan dosa lain yang wajib pula
mendapatkan siksa Allah swt.
Wahai anakku, ambillah
pelajaran dari dirimu sendiri, jika orang tua dan gurumu menyuruhmu untuk
belajar dengan tekun tetapi engkau mengabaikannya dan ketika orang tua serta
guramu hendak memberimu hukuman, engkau berkata: “aku bertaubat”, apakah
tobatmu dapat diterima oleh orang tua dan gurumu, sedangkan engkau masih juga
malas belajar? Apakah ini bukan merupakan tobat yang pantas
untuk mendapatkan sangsi dua kali lipat?
Wahai anakku,
jadikanlah takut kepada siksa Allah, sebagai dinding pemisah antara dirmu dengan
perbuatan dosa. Barangsiapa yang sangat takut kepada siksa Allah, maka sedikit
kali kemungkinan dia melakukan pelanggaan terhadap ketentuan-ketentuan Allah,
karena dia yakin bahwa segala perbuatan tentu akan dilihat dan dibalas Allah
swt.
Wahai anakku,
janganlah engkau berputus asa dari rahmat Allah apabila enkau terlanjur
melakukan dosa. Berseralah dan dekatlah dirimu kepada Allah dikala kau sendri
atau berada dikeramaian, mintalah ampun dan maghfirah kepada-Nya,
Rabbmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Wahai annaku, kalau
dirimu ditimpa musibah, baik menimpa dirimu, hartamu ataupun sesuatu yang
engkau anggap berharga maka bersabarlah. Mintalah pahala disisi Allah dengan
ketabahan dan kesabaran dalam menghadapinya. Terimalah dengan ridla Qadla’ dan
Qadar-Nya. Bersyukurlah kepada Rabbamu atas kelembutan dan kebaikan yang Alllah
telah curahkan kepadamu, agar musibah yang menimpa dirimu tidak dapat
digandakan. Mohonlah kehalusan Qadla’ dan Qodar-Nya serta ucapanlah: “ya Allah,
sesugguhnyya aku tidak bermohon kepada-Mu akan tertolaknya Qadlo’, tetapi
aku mohon kepadamu akan kasih saying-Mu dalam menghadapi musibah.”
Wahai anakku, apabila
engkau kehilangan sesuatu barang, tentu jalan keluanya engkau akan menggunakan
barang lain yang ada, sekalipun barang tersebut engkau anggap lebih rendah
nlainya dari yang hilang. Tidaklah musibah itu engkau rasakan sangat berat,
kecuali di akherat nanti akan lebih berat dari apa yang kau hadapi sekarang.
Karena itu janganlah engkau mengkufuri musibah yang menimpa dirimu menjadi
penghalang untuk beribadah kepada Rabbmu, sesungguhnya Rabbmu adalah Dzat Yang
Maha Bekehendak, tidak ada satupun mahukpun yang bisa menoak takdir-Nya dan
Allah Maha Bijaksana lagi Maha Waspada.
PELAJARAN XVIII
KEUTAMAAN BERAMALA
DAN MENCARI REZEKI YANG DISERTAI TAWAKAL SERTA ZUHUD
Wahai anakku,
tuntutlah ilmu sebanyak mungkin, agar engkau dapat mengamalkan dan memberi
manfaat untuk dirimu, serta dapat mengajar, menunjukkan dan mengajak umat
manusia dalam mengamalkan ilmu tersebut. Belajarlah engkau agar dapat
memperdalam ilmumu dengan jalan mengambil pelajaran dari hidup dan kehidupanmu
serta mendapatkan jalan keluar dalam menempuh kehidupan duniawi dan ukhrawi.
Janganlah engkau menpelajari suatu ilmu tetapi ilmu itu akan mencelakai dirimu
dan jangan sampai ilmu tersebut menjadi pengikat atau pencegah gerak langkahmu
dalam berpijak, ini karena piciknya pikiranmu dalam mengartikan ilmu yang
akhirnya ilmu yang engkau miliki dapat menjadi jurang pemisah antara kehidupan
dan hati nuranimu.
Wahai anakku, orang
yang ’alim patut menjadi uswah (teladan) bagi umat manusia
dalam bekerja (mencari harta), karena dia lebih mengerti cara mencari dan
menafkahkan hartanya kejalan yang halal. Dan juga memiliki nur ilmu
yang akan memberi petunjuk kepada kita dikala jual beli, utang piutang,
bercocok tanam, berdagang dan menginfakkan hartanya.
Wahai anakku, bukan
perbuatan hina apabila seorang pelajar bercocok tanam atau membantu orang
tuanya bercocok tanam. Sesungguhnya perbuatan hina itu ialah: apabila hanya
mengejar-ngejar infak dan sedekah serta menggantungkan diri kepada belas
kasihan orang lain atau hanya selalu menantikan sisa makanan dari orang lain.
Wahai anakku,
sesungguhnya Rasullallah saw. pernah menggembalakan kambing sebelum diutus
menjadi nabi, kemudian beliau berdagang sampai beliau diutus menjadi Nabi dan
beliau tidak pernah meninggalkan usaha untuk hidup serta kehidupannya, yang
akhirnya rezki beliau datang dari hasil ghonimah (rampasan
perang) sebagaimana Imam Ahmad, Bukhari dan lainya meriwayatkan hadist dari Abu
Hurairah ra., dari Nabi saw. beliau telah bersabda: “Allah tidak
mengutus seseorang Nabi, kecuali dengan mengembalakan kambing terlebih dahulu.” para
sahabat mengajukan pertanyaan “apakah engkau juga demikian wahai Rasullallah?
“Ya, aku mengembala kambing di ladang sebelah sana, milik penduduk makkah.” Berdagangpun
telah di lakukan dalam kehidupan Rasullallah saw. Adapun hadist-hadist shahih
yang menerangkan bahwa sesungguhnya Nabi saw. Bekerja sama dengan Khatijah
untuk berdagang sebelum beliau di utus menjadi Nabi. Imam Ahmad meriwayatkan
hadist dari Ibnu Umar, dari Nabi saw. Beliau bersabda: “Aku di utus
dengan mengangkat pedang (berperang) di zaman akhir, sampai Allah saja yang
diabadi, tidak ada yang menjadi sekutu bagi-Nya. Dan rezkiku datang dari bawah
anak tombak”.
Abu Bakar Ash-Shiddiq,
juga seorang saudagar dari saudagar yang besar dan pekerjaan inipun berhenti
setelah menjadi khalifah pertama. Demikian juga para shahabat Nabi yang lain
dan para tabi’in serta para “Salafus Shalih”, selalu bekerja untuk mencukupi
kebutuhannya. Dien yang mereka miliki tidaklah mencegah dirinya dari pergaulan
dengan umat manusia dalam usaha mencari rezeki yang halal, tetapi mereka bahkan
menjadi teladan didalam cara bekerja.
Wahai anakku,
sesungguhnya engkau akan mengetahui banyak ilmu syara’ dalam ajaran islam, baik
itu masalah jual beli, gadai, sewa menyewa, berdagang, bercocok tanam dan
sebagainya. Karena itu beramallah sesuai dengan ilmu yang telah engkau miliki
dan ajarkan umat manusia, sehinga Allah swt. akan melipatgandakan
pahalamu dalam beramal dan menyebar luaskan ilmu.
Wahai anakku, janganlah
engkau berpendapat seperti orang-orang yang bodoh yang mengatakan bahwa tawakal
(berserah diri kepada allah) ialah dengan meninggalkan usaha (bekerja) dan
berserah begitu saja kepada takdir (ketentuan Allah). Sesungguhnya seorang
petani yang bercocok tanam di sawah pada waktu siang dan malam merupakan contoh
petani yang bertawakal kepada Allah, asalkan niatnya baik dan benar. Petani itu
menerbahkan benih di sawah ladangnya, memelihara dengan baik dan setelah itu
berhasil atau tidaknya dalam bertani diserahkan sepenuhnya kepada Rabbnya,
kalau kiranya Allah menghendaki tentu akan tumbuh semi yang baik sehingga
sehingga membawa hasil tujuh ratus kali lipat dari benih aslinya dan apabila
Allah menghendaki tidak tumbuh, maka sama sekali tidak akan membawa hasil.
itulah sebaik-baik tawakal yang tidak sertai kesedihan dan kebencian apabila
tidak berhasil seperti yang kita harapkan.
Wahai anakku, zuhud (tidak
terikat pada dunia) bukan berarti meninggalkan usaha (bekerja), tetapi zuhud ialah
menghindarkan diri dari harta keduniawian di dalam diri. Apabila engkau bekerja
sesuai hajat kebutuhan hidupmu dan memberi peretlongan kepada orang-orang yang
lemah, serta bersedekah kepada orang-orang fakir dan engkau tidak berkeinginan
untuk memupuk harta kekayaan kecuali dengan jalan yang dibenarkan oleh Allah,
digunakan untuk beribadah keada-Nya. “Dan carilah pada apa yang telah
dianugrahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan kebahagiaanmu dari (keni’matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaiamna Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qashash: 77)
PELAJARAN XIX
KEUTAMAAN IKHLAS
DENGAN NIAT LILLAHI TA’ALA DALAM SETIAP AMAL
Wahai anakku, dalam
hadis Nabi diterangkan bahwa: “sesungguhnya setiap amal itu tergantung kepada
niatnya. Dan seseoreorang akan mendapat balasan sesuai dengan apa yang
diniatkannya.” (Hadits riwayat Bukhari, Muslim dan yang lain dari Umar bin
Khathab ra., dari Nabi saw.)
Sesungguhnya orang
yang menghindari makan dan minum dari pagi hingga sore dengan niat shaum, sama
saja dengan lapar dan hausnya orang yang tidak makan dan minum dari pagi hingga
sore. Tetapi orang yang pertama, di sertai dengan niat shaum, maka ia akan
mendapat pahala di sisi Allah dengan pahala orang shaum disertai niat. Karena
itu ikhlaskanlah dirimu dengan niat untuk mengabdikan diri kepada Rabbmu dalam
segala amal.
Wahai anakku,
belajarlah Dien Islam dengan niat menghindarkan diri dari larangan Allah, untuk
mengetahui hukum-hukum Allah, mana yang dihalalkan dan diharamkan. Allah
memerintahkan kamu untuk mengamalkan yang halal dan menjauhkan yang haram.
Belajarlah tentang
ilmu tata bahasa Arab, agar engkau mudah memahami hukum-hukum dan nasihat-nasihat
yang telah Allah sampaikan pada kitab-Nya yang mulia Al-Quran. Dan
Allah menerangkan hukum-hukum tersebut melalui lisan seorang Rasul-Nya dengan
riwayat yang shahih, dapat di percaya sebagai pedoman hidup. Pelajari pola ilmu
logika (ilmu yang dapat diterima akal), agar kita kuwat dan tetap dalam
mengajukan hujjah (argumentasi) dan juga agar engkau dapat
memberikan penjelasan yang semaksimal mungkin dalam menyebarluaskan ajaran
islam serta mengajak umat manusia ke jalan yang diridlai Allah.
Wahai anakku, jadikan
setiap langkah perbuatanmu bagian dari pengabdian kepada Rabbmu yang telah
menciptakan dan menyempurnakan dirimu dalam bentuk lahir dan batin. Jangan
sekali-kali engkau berharap untuk mendapat balasan dari selain Rabbmu.
Tingalkanlah segala
keburukan, sebab Allah swt. Telah memerintahkanmu untuk menjauhinya serta
lakukanlah segala kebaikan karena Allah telah memerintahkanmu untuk
melakukannya.
Pegang baik-baik adab
terhadap teman, karena sesungguhnya ini merupakan perintah Allah dan
sesungguhnya dirimu hanyalah sekedar mahluk yang Allah patut memberi sangsi
apabila meninggalkan perintahnya-Nya.
Jangan berlebihan
dalam melanggar hak-hak sesama manusia, karena Allah melarangmu untuk
bermusuh-musuhan, lebih-lebih dalam hak sesama manusia, apabila hakim yang adil
telah memutuskan, maka wajib untuk mengembalikan hak itu kepada
yg memilikinya.
Janganlah engkau
berkhianat kepada salah seorang makhluk Allah, sebab Allah telah melarangnya.
Dan janganlah engkau hanya merasa takut kepada sesama makhluk sehingga
menyebabkan dirimu berkhianat.
Tunduk patuhlah kepada
ayah dan ibumu, sebab Allah telah mewajibkan atas dirimu untuk ta’at dan
patuh kepada orang tua selagi mereka tidak memerintahkanmu kepada kemaksiatan.
Lakukanlah dengan keikhlasan, jangan hanya karena takut tidak diberi makan dan
minum oleh orang tuamu.
Patuhilah kepada
pemegang hukum dan pemimpin-pemimpinmu, sesama mukmin sebab Allah swt. telah
memerintahkan demikian kepadamu. Lakukanlah semua ini dengan keikhlasan hati Lillahi
Ta’ala, bukan karena mencari kehormatan dalam pandangan atasmu dan bukan
karena takut mendapat penilaian buruk atau takut diancam.
Kasih sayangilah
orang-orang yang lemah, yang menderita sakit, anak-anak yatim dan orang-orang
miskin, sebab Allah telah memerintahkan untuk berbuat demikian
kepadamu, jangan sekali-kali engkau mencari pujian dari sesama manusia (riya’)
agar dirimu termasuk golongan orang yang selalu berbuat baik. Tetapi lakukan
semua itu dengan keikhlasan hati.
Janganlah mencari
atau menantang musuh-musuhmu, sebab Allah melarang yang demikian
kepadamu, jangan sekali-kali engkau merasa bangga dalam membalas orang yang
telah menyakitimu, sekalipun engkau kuasa melakukannya.
Bersungguh-sungguhlah,
agar segala amal perbuatanmu itu semata-mata ditunjukan untuk mengabdikan diri
kepada Rabbmu dengan penuh keikhlasan dalam segala amal yang ditunjukan demi
Dienul Islam, jamaah dan generasi penerusmu kelak. Dengan agar mereka selalu
mendapat keridlaan dan pahala disisi Allah, bukan semata-mata mencari popularitas
dan keuntungan duniawi. Mudah-mudahan Allah selalu mencurahkan petunjuk dan
pertolongan kepadamu sehingga mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat ......
Amin.
PELAJARAN XX
WASIAT TERAKHIR
Wahai anakku,
perbanyaklah tadarus Al-Quran dan hafalkan ayat-ayat yang mulia. Jangan
sekali-kali engkau membaca Al-Qu’ran, tanpa merenungkan makna kandunganya.
apabila engkau menemui kesulitan dalam menemukan makna salah satu ayatnya, maka
kajilah kembali kitab-kitab tafsir atau datang kapada seorang ahli untuk meminta
penjelasannya.
Wahai anakku, jauh
sekali perbedaan antara orang yang membaca Al-Quran, tapi dia tidak faham
maksud yang dibacanya dibandingkan dengan orang yang membaca Al-Quran,
sedangkan ia memahami maksud dan makna yang dibacanya. Orang yang membaca
Al-Quran dengan tidak mengetahui maknanya ibarat orang buta yang berjalan di
jalan raya, dia tidak bisa melihat sesuatu, mungkin selamat, mugkin juga tidak.
Sedangkan orang yang membaca Al-Quran dengan memahami maksud dan maknanya
ibarat orang yang sehat penglihatannya dan dapat menyelamatkan diri di kala ada
bahaya.
Wahai anakku, banyak
orang membaca Al-Quran dengan maksud ibadah, tetapi dilaknati oleh Al-Quran itu
sendiri. Allah tidak menurunkan Al-Quran yang mulia itu hanya untuk dijadikan
sekedar bacaan tanpa diketahui makna dan maksudnya, dan bukan pula hanya
sekedar dipahami makna serta maksudnya tanpa sering dibaca. Hendaklah keduanya
dilakukanya. Tetapi Allah menurunkan Al-Quran untuk diambil i’tibar (pelajaran)
dengan apa yang telah diperintahkan-Nya untuk dilaksanakan serta dijauhi segala
larangan-Nya. Allah menurunkan Al-Quran itu agar dipegang kokoh ayat-ayatnya
yang didalamnya menerangkan akhlaq (aturan Allah) dalam segala hal.
bacalah Al-Quran dengan niat untuk menjalankan segala perintah, menjauhi
larangan serta akan berlaku baik dengan akhlak yang telah terkandung
didalamnya.
Wahai anakku, hitung
(hisab) lah dirimu dari segala perbuatan sebelum dirimu dihisab oleh Rabbmu.
Apabila engkau berbaring diperaduan hendak tidur, maka perhitungkanlah apa yang
telah engkau perbuat seharian. Kalau ternyata engkau lebih banyak beramal baik,
maka ucapkanlah: “Alhamdulillah” atas curahan pertolongan yang
Allah berikan kepadamu. apabila ternyata banyak berbuat keburukan, maka
segeralah bertaubat dan merasa menyesal dengan memperbanyak ucapan: “Astaghfirullaahal’adhim” berjanjilah
kepada Rabbmu untuk tidak mengulangi perbuatan maksiat. Insya Allah dengan
jalan memperbanyak Istigfar Allah akan menerima tobatmu.
Wahai anakku,
perbanyaklah pendekatan diri kepada Allah, dan berdoa memoho kebaikam untuk
diri ataupun untuk kedua orang tuamu, juga untuk kawan-kawanmu sesama muslimin
dan mukminin. Bacalah: “Ya Rabbku, jadikanlah aku dan anak cucuku
orang-orang yang tetap mendirikan shalat. Ya Rabb kami, beri ampunlah aku dan
kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mukmin pada terjadinya hisab (hari
kiamat).” (QS. Ibrahim: 40 – 41)
Ya Allah curahkanlah
Rahmat-Mu kepada kami semua, hindarkanlah diri kami dari segala
kesulitan, wafatkanlah kami dalam berpegang teguh kepada iman yang sempurna dan
berpegang teguh kepada kitabullah (Al-Quran) dan sunnah Rasul serta Engkau
ridha kepada kami. Ya Allah ya Rabb kami, curahkanlah ampunan-Mu
kepada kami, kepada kedua orang tua kami, guru-guru kami dan kepada
kawan-kawan seperjuangan kami dalam menegakkan Dien-Mu baik yang sudah
gugur syuhada ataupun yang masih hidup, serta curahkan ampunan-Mu kepada
seluruh kaum muslimin. “Maha Suci Rabbku Yang memiliki keperkasaan dari
apa yang mereka (kaum kafirin) katakana. Dan kesejahteraan dilimpahkan kepada
para Rasul. Dan segala puji milik Allah Rabb seru sekalian alam.” (QS.
Ash Shaffaat: 160 – 182)
KEISTIMEWAAN MEMBACA SURAH
AL IKHLAS
Diriwatkan bahwa jika
Nabi saw. sakit, maka beliau saw. membaca surah Al-Ikhlas dan Al-Muawwidzatain,
kemudian meniupkanya kedua telapak tanganya dan mengusapkan keduanya keseluruh
tubuhnya sebelum ia tidur. Membaca surah Al-Ikhlas sebanyak 1.001 kali dalam
satu majelis dengan mengawali setiap bacaanya dengan kalimat Basmalah dan ia
tidak memisahkan bacaanya dengan pembicaraan apapun, maka ia akan diberi
kemenangan terhadap orang-orang yang memusuhinya.
Barang siapa yang
rajin membaca surah Al-Ikhlas, maka ia akan diberi perlindungan dari segala
kejahatan di dunia dan akkhirat. Jika ia membacanya ketika lapar atau ketika
haus, maka rasa lapar dan hausnya akann hilang.
Perlu diketahui
hendaknya seorang yang ingin memperbanyak bacaan surah Al-Ikhlas, maka ia harus
yakin bahwa perbuatanya akan menghasilkan berbagai macam kebaikan, karena surah
Al-Ikhlas termasuk puncak tauhid kepada Allah.
Diriwayatkan juga
bahwa siapapun yang membaca surah Al-Ikhlas dengan 3 kali nafas, maka Allah
akkan berfirman: “Allah, para malaikat dan orang-orang berilmu telah bersaksi
tentang keadilan.”
Syekh berkata:
“Sesungguhnya alam rohani dapat mendatangi seorang ketika ia dalam
tidur atau ketika ia dalam keadaan terjatuh atau tidak tidur , semuanya akan
disesuaikan menurut kesiapan mental orang tersebut. Adakalanya alam
rohani datang sebagai cahaya yang murni, adapula yang datang di alam bentuk
kilat dan sanyat cepat. Adapula yang datang berbentuk kilat seperti cahaya
dalam cermin. Adapula yang berbentuk suatu cahaya dimalam bulan purnama dalam
bentuk apapun. ada yang berbentuk burung berwarna hijau atau putih, tetapi
wajah mereka berbentuk wajah manusia. Mereka menyajak pelakunya berbicara dalam
berbagai bahasa, adapula diantara mereka yang datang kepada pelakunya
dengan membawa minuman. Kemudian minuman itu diberikan kepada pelakunya,
sehingga pelakunya dapat melihat sesuatu yang misteri, sehingga ia melihat
bendanya dengan jelas dan sangat lua biasa. Tetapi perlu diketahui bahwa
minuman itu akan membakar pelakunya. Karena itu ia harus memperbanyak
bershalawat kepada Nabi untuk menolak panasnya minuman tersebut, karena
pelakunya sering membaca surat Al-Ikhlas setiap hari 1.000 kali atau lebih dari
itu. (Asraar Riyadah)
Diriwayatkan bahwa
Nabi saw. pernah bersabda: “Sesungguhnya Allah akan memberi keistimewaan bagi
hamba-hamba-Nya tertentu, yaitu akan memberinya minuman. Jika ia mengkonsumsi
minuman itu, maka ia lupa ingatannya dan ia akan menjadi orang baik. Jika
mereka telah menjadi orang baik, maka mereka akan fana sehingga mereka tidak
mengenal diri mereka sendiri.”
Dalam hadits yang lain
disebutkan bahwa Nabi saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah akan memberi minuman
bagi orang-orang yang dicintai-Nya. Siapapun yang telah diberi minuman
oleh-Nya, maka mereka akan menari dan berdiri, jika ia berdiri maka ia akan
tidak sadar tentang dirinya.”
Disebutkan bahwa seorang penguasa kota
Basrah bermimpi melihat Tsabit Al Bunani, ia melihatnya sedang terbang bersama
malaikat, maka ia bertanya kepada Tsabit al Bunani: ”Dengan amalan apa anda
dapat mencapai kedudukan seperti ini?” Jawab Tsabit: “Aku mendapat kedudukan
seperti ini dengan bersabar, bersyukur dan memperbanyak bacaan surat Al
Ikhlas.”
Comments
Post a Comment